Pertannyannya adalah apakah Qurban yang dilakukan rutin setiap tahun itu hanya berhenti pada menjalankan ‘kewajiban’ saja atau kemudian mendidikkan kepada para manusia tentang substansi qurban yang sesungguhnya.? Memang akan sangat mubadzir jika ratusan ribu binatang qurban itu mati sia sia dan substansi qurbannya tidak masuk dalam ranah nurani, hati manusia. Sehingga qurban hanya menjadi sebuah acara ritual yang tidak memiliki muatan religiusitas dan berdampak praktis saja dalam kehidupan keberagamaan manusia.
Sejatinya kurban memiliki sebuah pemaknaan yang besar dalam menyempurnakan ‘sifat menjadi manusia’. Bukan saja sebuah rutinitas yang merupakan tradisi turunan, tetapi qurban memiliki sebuah bangunan akan kesadaran kepada Allah dan mengasah watak sosial dan kesadaran menjadi manusia universal “rahmatan lil ‘alamiin. Maka sangat disayangkan jika qurban hanya berbuah menjadikan manusia yang sadar kepada sesama tetapi tidak sadar kepada Allah SWT. Artinya, ibadah qurban sebagai ibadah ilahiyah berubah menjadi aktifitas sosial semata. Qurban kemudian bisa kehilangan ruhnya sebagai media taqarub ilallah dan berubah menjadi taqarru ila-nnas, atau ila-jabatan, ila partai politik atau ila -ila materi yang lain. Prakteknya bisa jadi ketika binantang qurban mau disembelih diarak keliling kampung dengan membawa atribut partai politik tertentu. Qurban yang seharusnya menjadi ekspresi Tauhid berubah menjadi perhelatan -berhala- berhala-. Maka qurban yang kehilangan ruhnya akan menghilangkan pula substansi eduktif yaitu mendidikkan manusia menjadi manusia sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar